Monday 6 October 2014

Setelah Bertemu Kamu


Selamat Malam Dunia. Selamat Malam Kamu. Malam ini aku kembali menulis tentangmu. Tulisan sederhana ini kuketik ketika mataku telah terantuk dan harusnya aku sudah meringkuk diatas kasur. Tapi, demimu, aku rela melakukan apapun, meskipun tanpa sepengetahuanmu.

Yaaa . . aku berada diantara banyaknya orang memandangiku dan bertanya-tanya. Jantungku berdebar-debar menunggu kamu. Pesanmu yang kubaca lagi membuat senyumku mengembang, kamu sudah di tempat janji kita untuk bertemu, yang sebentar lagi akan tergenapi. Aku menatap wajahmu, kamu menatap wajahku.

Love Tea kala itu seperti memahami kita, aku dan kamu duduk berdua, bertatapan, dan memulai cerita. Sudah lama kita tidak pernah seperti ini. Ada yang beda setelah lebih 2 tahun yang lalu kita bertemu, saat aku mengembalikan hatimu. Style rambut yang cool, kumis tipis yang sekarang mulai menebal, dan suara khas anak rantau. Aku mulai ragu setiap memandang matamu. Ada perasaan rindu yang tersembunyi disana.

Benar, kamu memulai cerita hidupmu bersamanya setelah pergi meninggalkanku. Kerinduan yang begitu mendalam menyebabkan pikiranmu selalu tertuju padaku. Entahlah apa maksud ini semua, bahkan aku tidak bisa menyimpulkan apa maumu. Kamu memang pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Dulu... 
Sekarang aku hanya ingin menganggap kamu seperti angin malam yang berlalu lalang tanpa singgah. 

Suasana malam itu mulai mencair saat aku menceritakan segala keresahanku selama ini. Dan sebuah sambutan tangan darimu disetiap pernyataan atau jawaban dari pertanyaanmu. 
Maafkan aku yang lebih memilih untuk lari seperti ini. Maafkan aku yang telah berhenti memperjuangkanmu.
Ku kira semua telah selesai. Ku kira semua benar-benar tidak akan ada cerita bersambung. Tapi nyatanya, kamu baru menyadari seseorang yang ada dibelakangmu dulu, kini telah pergi jauh meninggalkanmu.

Kamu berbicara untuk berani mengambil resiko. Resiko yang besar berbanding lurus dengan apa yang akan kamu dapatkan. Asal kamu tau, akupun demikian. Mengambil resiko untuk lebih memilih pergi dari kehidupanmu. Meskipun jauh didalam hatiku masih tersimpan rasaku untukmu. Aku menghiraukannya, tidak menggubrisnya sama sekali. Aku tau semua hanya hasrat sesaat, semua hanya akan memperparah keadaan. Aku benci diriku yang lemah. Aku benci diriku yang tak berdaya dihadapanmu. Bisakah kamu mengerti apa yang aku rasakan selama ini ? Mencintai dengan tulus seseorang yang lebih memilih pergi dengan orang lain. 
Kadang aku berfikir apakah aku terlalu bodoh dalam mencintaimu ? 

Pertemuan kita malam itu ku anggap hanya sebagai salam damai. Mencairkan suasana yang dulu sempat dingin karena sikapku yang begitu egois.  

Sebelum aku mengakhiri tulisanku, aku ingin bertanya padamu. Apakah kamu percaya pada takdir Tuhan ? Bahwa jodoh tidak akan pernah tertukar. Bahwa rezeki sudah ada yang mengaturnya. Mungkin aku percaya itu. Aku percaya kehendak Tuhan yang telah menyettingnya sedemikian baik untuk hambaNya. Sekarang, aku memang berhenti mengejarmu. Tapi, aku tidak pernah tau apakah suatu saat nanti aku akan kembali menggilaimu ? Entahlah aku tidak ingin berfikir terlalu jauh.

Aku percaya, bahwa Darwis Tere Liye menuliskan seperti ini :

Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar. Sementara menanti, sibukkanlah diri untuk menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar . . . 






Untuk seseorang yang senang datang lalu pergi . . . 
Selamat Malam, Bogor :))




Setelah Bertemu Kamu


Selamat Malam Dunia. Selamat Malam Kamu. Malam ini aku kembali menulis tentangmu. Tulisan sederhana ini kuketik ketika mataku telah terantuk dan harusnya aku sudah meringkuk diatas kasur. Tapi, demimu, aku rela melakukan apapun, meskipun tanpa sepengetahuanmu.

Yaaa . . aku berada diantara banyaknya orang memandangiku dan bertanya-tanya. Jantungku berdebar-debar menunggu kamu. Pesanmu yang kubaca lagi membuat senyumku mengembang, kamu sudah di tempat janji kita untuk bertemu, yang sebentar lagi akan tergenapi. Aku menatap wajahmu, kamu menatap wajahku.

Love Tea kala itu seperti memahami kita, aku dan kamu duduk berdua, bertatapan, dan memulai cerita. Sudah lama kita tidak pernah seperti ini. Ada yang beda setelah lebih 2 tahun yang lalu kita bertemu, saat aku mengembalikan hatimu. Style rambut yang cool, kumis tipis yang sekarang mulai menebal, dan suara khas anak rantau. Aku mulai ragu setiap memandang matamu. Ada perasaan rindu yang tersembunyi disana.

Benar, kamu memulai cerita hidupmu bersamanya setelah pergi meninggalkanku. Kerinduan yang begitu mendalam menyebabkan pikiranmu selalu tertuju padaku. Entahlah apa maksud ini semua, bahkan aku tidak bisa menyimpulkan apa maumu. Kamu memang pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Dulu... 
Sekarang aku hanya ingin menganggap kamu seperti angin malam yang berlalu lalang tanpa singgah. 

Suasana malam itu mulai mencair saat aku menceritakan segala keresahanku selama ini. Dan sebuah sambutan tangan darimu disetiap pernyataan atau jawaban dari pertanyaanmu. 
Maafkan aku yang lebih memilih untuk lari seperti ini. Maafkan aku yang telah berhenti memperjuangkanmu.
Ku kira semua telah selesai. Ku kira semua benar-benar tidak akan ada cerita bersambung. Tapi nyatanya, kamu baru menyadari seseorang yang ada dibelakangmu dulu, kini telah pergi jauh meninggalkanmu.

Kamu berbicara untuk berani mengambil resiko. Resiko yang besar berbanding lurus dengan apa yang akan kamu dapatkan. Asal kamu tau, akupun demikian. Mengambil resiko untuk lebih memilih pergi dari kehidupanmu. Meskipun jauh didalam hatiku masih tersimpan rasaku untukmu. Aku menghiraukannya, tidak menggubrisnya sama sekali. Aku tau semua hanya hasrat sesaat, semua hanya akan memperparah keadaan. Aku benci diriku yang lemah. Aku benci diriku yang tak berdaya dihadapanmu. Bisakah kamu mengerti apa yang aku rasakan selama ini ? Mencintai dengan tulus seseorang yang lebih memilih pergi dengan orang lain. 
Kadang aku berfikir apakah aku terlalu bodoh dalam mencintaimu ? 

Pertemuan kita malam itu ku anggap hanya sebagai salam damai. Mencairkan suasana yang dulu sempat dingin karena sikapku yang begitu egois.  

Sebelum aku mengakhiri tulisanku, aku ingin bertanya padamu. Apakah kamu percaya pada takdir Tuhan ? Bahwa jodoh tidak akan pernah tertukar. Bahwa rezeki sudah ada yang mengaturnya. Mungkin aku percaya itu. Aku percaya kehendak Tuhan yang telah menyettingnya sedemikian baik untuk hambaNya. Sekarang, aku memang berhenti mengejarmu. Tapi, aku tidak pernah tau apakah suatu saat nanti aku akan kembali menggilaimu ? Entahlah aku tidak ingin berfikir terlalu jauh.

Aku percaya, bahwa Darwis Tere Liye menuliskan seperti ini :

Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar. Sementara menanti, sibukkanlah diri untuk menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar . . . 






Untuk seseorang yang senang datang lalu pergi . . . 
Selamat Malam, Bogor :))