Sunday 13 December 2015

6 Years



Di kamar kostku yang sepi, sambil mendengarkan rintik hujan malam ini, aku hanya bisa diam dan merenung. Mungkin, aku perempuan paling tolol yang pernah ada, perempuan yang selalu merindukanmu tanpa banyak menuntut dan meminta.

Apa kamu masih ingat akan hari ini? Jangankan mengingat perayaan hari ini, untuk mengingat namaku saja mungkin kamu sudah lupa. Aku akan memberitahumu. Tapi, aku mohon, semoga kamu tidak merasakan perubahan apa-apa setelah mengetahui semua kejujuran ini.

Hari ini adalah hari jadi kita yang ke-6 tahun. Sudah 6 tahun ternyata kita bersama. Tapi ternyata tidak. Tidak untuk kamu dan tidak untuk aku. Tepat tiga tahun yang lalu kamu memilih pergi meninggalkan kita, meninggalkan aku beserta kenangannya, meninggalkan luka yang begitu menyakitkan.

Aku ingin bercerita tentang pertemuan kita, saat kamu mengajak aku untuk bertemu berbuka puasa bersama tepat enam bulan yang lalu. Aku masih mengingat bagaimana rencana pertemuan kita agar segera diselenggarakan. Saat itu kamu ingin menjemputku, namun aku tidak mau pergi bersamamu. Entah mengapa dihadapanmu aku selalu bersikap tegar seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Aku merasakan detakan yang luar biasa dan perubahan tingkah yang tidak menentu. Entah mengapa aku begitu rumit untuk bisa menatap kedua matamu dihadapanku. Menurutku, dimatamu masih tersimpan rasamu untukku. 

Suasana saat itu mencair saat kita berbincang tentang kehidupan masing-masing. Kamu menanyai orang-orang yang pernah singgah dihidupku sampai dengan cerita tentang persiapan menuju ujian kompre yang sebentar lagi tanda perkuliahanku akan segera terselesaikan. Aku tidak pernah bertanya kabarmu. Siapa pacarmu dan apa kegiatanmu sekarang. Bagiku, aku tidak ingin mengenal dirimu lebih jauh lagi, karena hal itu hanya akan memperparah perasaanku nantinya. Sampai di akhir pertemuan, kamu memberikan aku sebuah kartu nama yang tertanda namamu. Entah apa yang terlintas dipikiranmu dan entah seberapa pentingnya kartu nama itu yang akhirnya aku menerima pemberianmu. Sejak pertemuan kita malam itu, tidak pernah ada lagi cerita tentangmu. Seperti tidak pernah ada pertemuan sebelumnya, setelah aku mengirimkan pesan untukmu yang tertulis bahwa aku begitu terbawa perasaan di malam pertemuan kita. 

Beberapa minggu kemudian, aku melihat salah satu foto di instagrammu bersama wanita. Di sana tertulis caption dan diramaikan banyak komen yang semakin mengartikan bahwa dia wanita yang menjadi pilihanmu saat itu. Ketika tahu wanita itu kekasihmu, aku hanya bisa tersenyum sinis dan tertawa. Di benakku, mengapa aku terlalu bodoh selalu mengingat kita atau apakah ini yang dinamakan cinta yang begitu gila? Mengapa aku merasakan hatiku begitu terluka saat mengetahui kamu sudah dimiliki orang lain? Aku terdiam, lemah, dan nyatanya memang aku yang salah. Aku bersalah mengapa masih saja menyimpan sedikit rasa untukmu, ketika kenyataannya kamu memilih dia yang lain. 

Aku ingin bertanya padamu, mengapa kamu mengajak aku untuk bertemu malam itu? Apakah kamu tahu betapa menderitanya menjadi seorang perempuan yang hanya bisa menerka bagaimana perasaanmu padaku setelah sekian lama kita berpisah selama ini? Apakah masih ada rasa yang tersimpan untukku, walau hanya secuil saja? Tahukah kamu perihnya menahan diri untuk tidak menghubungimu lebih dahulu, karena aku begitu tahu diri bahwa kamu sudah memiliki penggantiku? Tahukah kamu lelahnya menjadi orang yang terus berharap, terus berkata dalam hati, begitu percaya bahwa suatu hari nanti kita akan kembali?

Nyatanya, kamu tidak akan pernah mengetahui segalanya. Kamu tidak pernah mengerti apa yang telah aku rasakan setelah berpisah denganmu sejak tiga tahun yang lalu. Bahkan, hal-hal yang membuat kamu memilih untuk pergi dari hidupku saja aku masih belum bisa terima.

Apa salahku hingga akhirnya kamu memutuskan hubungan kita begitu saja? Mengapa kamu begitu tega meninggalkanku saat sedang sayang-sayangnya? Mengapa kamu tidak memperjuangkan kita untuk tetap terus bersama? Mengapa kamu tidak mencoba dan berusaha kembali menarik hatiku untukmu? Mengapa kamu terhenti disaat aku tetap ingin menyusuri jalan? Mengapa kamu pergi memilih dia dibanding aku yang selalu setia menunggumu pulang? Bisakah kamu menjawab dan menjelaskan semua tanya yang masih menghantui hidupku selama ini?

Sampai saat ini bahkan saat aku menulis tulisan ini, aku masih belum bisa terima alasan mengapa kamu pergi meninggalkan aku. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang sampai saat ini masih terngiang di kepalaku ketika mengingatmu. Dan pahitnya, hubungan kita memang benar-benar telah berakhir tanpa penjelasan. Sempat terlintas kenapa Tuhan ciptain hati kalau cuma buat dipatahin kayak gini? Kenapa Tuhan memberikan rasa sakit yang begitu dalam sampai aku tidak pernah bisa melupakanmu dan apa yang menjadi sebab kita berpisah?

Yaaa, aku percaya Tuhan menciptakan hati untuk dipatahkan, mungkin memang untuk menyelamatkan aku dari orang yang salah. Mungkin bukan kamu orang yang seharusnya aku tunggu. Ada rencana di mana Tuhan akan mendatangkan orang yang jauh lebih baik dari kamu. Dan mungkin, kisah kita tidak akan berlanjut kembali sampai kapanpun. 

Aku hanya bisa mendoakan untuk kebahagiaanmu. Apa yang sudah menjadi pilihanmu, apa yang sudah kamu capai, semoga kamu selalu dalam kebahagiaan. Pesanku, jangan pernah mengingat aku lagi, jangan pernah memberi kabar, dan jangan pernah datang lagi. Aku tidak ingin menyakiti diriku lebih parah lagi. Biarlah semua keraguan dan semua pertanyaan tersimpan rapi di dalam hatiku. Dan aku, akan tetap menelusuri jalan tanpamu. Tanpa bayangmu.






Happy Anniversary 6 Years
Harusnya aku menyantumkan foto kita berdua di akhir tulisan, namun apa dayaku ...



6 Years



Di kamar kostku yang sepi, sambil mendengarkan rintik hujan malam ini, aku hanya bisa diam dan merenung. Mungkin, aku perempuan paling tolol yang pernah ada, perempuan yang selalu merindukanmu tanpa banyak menuntut dan meminta.

Apa kamu masih ingat akan hari ini? Jangankan mengingat perayaan hari ini, untuk mengingat namaku saja mungkin kamu sudah lupa. Aku akan memberitahumu. Tapi, aku mohon, semoga kamu tidak merasakan perubahan apa-apa setelah mengetahui semua kejujuran ini.

Hari ini adalah hari jadi kita yang ke-6 tahun. Sudah 6 tahun ternyata kita bersama. Tapi ternyata tidak. Tidak untuk kamu dan tidak untuk aku. Tepat tiga tahun yang lalu kamu memilih pergi meninggalkan kita, meninggalkan aku beserta kenangannya, meninggalkan luka yang begitu menyakitkan.

Aku ingin bercerita tentang pertemuan kita, saat kamu mengajak aku untuk bertemu berbuka puasa bersama tepat enam bulan yang lalu. Aku masih mengingat bagaimana rencana pertemuan kita agar segera diselenggarakan. Saat itu kamu ingin menjemputku, namun aku tidak mau pergi bersamamu. Entah mengapa dihadapanmu aku selalu bersikap tegar seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Aku merasakan detakan yang luar biasa dan perubahan tingkah yang tidak menentu. Entah mengapa aku begitu rumit untuk bisa menatap kedua matamu dihadapanku. Menurutku, dimatamu masih tersimpan rasamu untukku. 

Suasana saat itu mencair saat kita berbincang tentang kehidupan masing-masing. Kamu menanyai orang-orang yang pernah singgah dihidupku sampai dengan cerita tentang persiapan menuju ujian kompre yang sebentar lagi tanda perkuliahanku akan segera terselesaikan. Aku tidak pernah bertanya kabarmu. Siapa pacarmu dan apa kegiatanmu sekarang. Bagiku, aku tidak ingin mengenal dirimu lebih jauh lagi, karena hal itu hanya akan memperparah perasaanku nantinya. Sampai di akhir pertemuan, kamu memberikan aku sebuah kartu nama yang tertanda namamu. Entah apa yang terlintas dipikiranmu dan entah seberapa pentingnya kartu nama itu yang akhirnya aku menerima pemberianmu. Sejak pertemuan kita malam itu, tidak pernah ada lagi cerita tentangmu. Seperti tidak pernah ada pertemuan sebelumnya, setelah aku mengirimkan pesan untukmu yang tertulis bahwa aku begitu terbawa perasaan di malam pertemuan kita. 

Beberapa minggu kemudian, aku melihat salah satu foto di instagrammu bersama wanita. Di sana tertulis caption dan diramaikan banyak komen yang semakin mengartikan bahwa dia wanita yang menjadi pilihanmu saat itu. Ketika tahu wanita itu kekasihmu, aku hanya bisa tersenyum sinis dan tertawa. Di benakku, mengapa aku terlalu bodoh selalu mengingat kita atau apakah ini yang dinamakan cinta yang begitu gila? Mengapa aku merasakan hatiku begitu terluka saat mengetahui kamu sudah dimiliki orang lain? Aku terdiam, lemah, dan nyatanya memang aku yang salah. Aku bersalah mengapa masih saja menyimpan sedikit rasa untukmu, ketika kenyataannya kamu memilih dia yang lain. 

Aku ingin bertanya padamu, mengapa kamu mengajak aku untuk bertemu malam itu? Apakah kamu tahu betapa menderitanya menjadi seorang perempuan yang hanya bisa menerka bagaimana perasaanmu padaku setelah sekian lama kita berpisah selama ini? Apakah masih ada rasa yang tersimpan untukku, walau hanya secuil saja? Tahukah kamu perihnya menahan diri untuk tidak menghubungimu lebih dahulu, karena aku begitu tahu diri bahwa kamu sudah memiliki penggantiku? Tahukah kamu lelahnya menjadi orang yang terus berharap, terus berkata dalam hati, begitu percaya bahwa suatu hari nanti kita akan kembali?

Nyatanya, kamu tidak akan pernah mengetahui segalanya. Kamu tidak pernah mengerti apa yang telah aku rasakan setelah berpisah denganmu sejak tiga tahun yang lalu. Bahkan, hal-hal yang membuat kamu memilih untuk pergi dari hidupku saja aku masih belum bisa terima.

Apa salahku hingga akhirnya kamu memutuskan hubungan kita begitu saja? Mengapa kamu begitu tega meninggalkanku saat sedang sayang-sayangnya? Mengapa kamu tidak memperjuangkan kita untuk tetap terus bersama? Mengapa kamu tidak mencoba dan berusaha kembali menarik hatiku untukmu? Mengapa kamu terhenti disaat aku tetap ingin menyusuri jalan? Mengapa kamu pergi memilih dia dibanding aku yang selalu setia menunggumu pulang? Bisakah kamu menjawab dan menjelaskan semua tanya yang masih menghantui hidupku selama ini?

Sampai saat ini bahkan saat aku menulis tulisan ini, aku masih belum bisa terima alasan mengapa kamu pergi meninggalkan aku. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang sampai saat ini masih terngiang di kepalaku ketika mengingatmu. Dan pahitnya, hubungan kita memang benar-benar telah berakhir tanpa penjelasan. Sempat terlintas kenapa Tuhan ciptain hati kalau cuma buat dipatahin kayak gini? Kenapa Tuhan memberikan rasa sakit yang begitu dalam sampai aku tidak pernah bisa melupakanmu dan apa yang menjadi sebab kita berpisah?

Yaaa, aku percaya Tuhan menciptakan hati untuk dipatahkan, mungkin memang untuk menyelamatkan aku dari orang yang salah. Mungkin bukan kamu orang yang seharusnya aku tunggu. Ada rencana di mana Tuhan akan mendatangkan orang yang jauh lebih baik dari kamu. Dan mungkin, kisah kita tidak akan berlanjut kembali sampai kapanpun. 

Aku hanya bisa mendoakan untuk kebahagiaanmu. Apa yang sudah menjadi pilihanmu, apa yang sudah kamu capai, semoga kamu selalu dalam kebahagiaan. Pesanku, jangan pernah mengingat aku lagi, jangan pernah memberi kabar, dan jangan pernah datang lagi. Aku tidak ingin menyakiti diriku lebih parah lagi. Biarlah semua keraguan dan semua pertanyaan tersimpan rapi di dalam hatiku. Dan aku, akan tetap menelusuri jalan tanpamu. Tanpa bayangmu.






Happy Anniversary 6 Years
Harusnya aku menyantumkan foto kita berdua di akhir tulisan, namun apa dayaku ...