Wednesday 31 August 2016

Kepada Penghuni Selat Sunda









Dari kota jauh ku tenangkan cemas, agar kau tetap percaya bahwa aku baik-baik saja. Tak ada yang berubah kecuali rentang jarak yang begitu jauh untuk sementara. Di dadaku tanpa perlu kau tanya, masih sama saja suasananya. Rindu itu masih kamu, sejauh apapun langkahku ayun melaju.

Dan tetaplah tersenyum meski di beberapa hal aku tidak bisa menemani. Tetaplah menjadi penguat, meski sebab kelelahan aku lupa mengabari. Perasaan yang jatuh padamu adalah perasaan yang ku jaga sebaik yang ku mampu. Tetaplah tenang. Jagalah hati yang ku titip sepenuh daging dan tulang-tulang. 

Jangan lupa sarapan, makan siang, dan malam hari. Tidur yang cukup, agar tidak dehidrasi. Sebab rindu butuh tenaga. Kurangilah curiga, sebab sibuk yang aku terima adalah bagian dari segala hal yang aku cinta.
 (Anonim)




23:19 WIB 
Selamat malam, Selat Sunda.



Saturday 20 August 2016

Untuk Perempuan Yang Tidak Pernah Kapok







Percuma.
Ya, itu kata yang pas sekali untuk dilontarkan pada perempuan tidak tahu diri sepertimu.

Apa yang telah kamu lakukan lagi? Kenapa kamu masih saja tidak pernah sadar, bahwa yang kamu lakukan hanya sia-sia? Sampai kapan kamu sadar dan melihat kenyataan yang sebenarnya terjadi, bahwa kamu hanya sampah yang tidak akan pernah dipungut kembali oleh tuanmu?

Maafkan atas segala perkataan sadis ini. Tapi, apakah kamu tidak pernah menyadari bahwa hal yang telah dilakukan ia lebih sadis dari apa yang aku ucapkan tadi? Di mana harga dirimu? Di mana ketegasanmu yang dulu?

Apa kamu ingat, di mana ia mencampakkanmu, membuangmu, meninggalkanmu di saat kamu membutuhkan sosok ia di sampingmu? Apa kamu ingat, kamu begitu setia menunggu ia pulang di depan pintu, padahal kamu tau, kamu bukan lagi pintu rumah yang ia tuju? Apa kamu ingat, kamu selalu memberi kabar bahwa kamu baik-baik saja, tapi ia tidak pernah sama sekali mempedulikanmu? Dan apa kamu ingat, kamu selalu sabar menanti pertemuan dengannya, sedangkan ia acuh bahkan mungkin saja ia sudah muak tidak ingin bertemu denganmu lagi?

Coba kamu pikirkan semua itu. Apakah semua itu kurang membuat kamu terus terluka? Buka matamu, kamu bukan lagi orang pertama di hatinya. Kamu bukan lagi prioritasnya. Kamu hanya kamu, yang hidup di masa lalunya.

Entah harus bagaimana lagi membuatmu sadar. Entah harus melakukan apa agar kamu tidak lagi seperti ini? Apa yang harus aku lakukan untukmu?

Coba lihat dirimu, kamu kacau, berantakan, dan tidak ada arah. Sampai kapan kamu sadar dan ingin menata semuanya menjadi seperti awal kembali?

Semoga kamu benar-benar bangun atas semua perkataan hina ini. Sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah bisa hidup seperti ini. Kamu pasti dan berhak menemukan kembali bahagia itu.


Kepada Penghuni Selat Sunda









Dari kota jauh ku tenangkan cemas, agar kau tetap percaya bahwa aku baik-baik saja. Tak ada yang berubah kecuali rentang jarak yang begitu jauh untuk sementara. Di dadaku tanpa perlu kau tanya, masih sama saja suasananya. Rindu itu masih kamu, sejauh apapun langkahku ayun melaju.

Dan tetaplah tersenyum meski di beberapa hal aku tidak bisa menemani. Tetaplah menjadi penguat, meski sebab kelelahan aku lupa mengabari. Perasaan yang jatuh padamu adalah perasaan yang ku jaga sebaik yang ku mampu. Tetaplah tenang. Jagalah hati yang ku titip sepenuh daging dan tulang-tulang. 

Jangan lupa sarapan, makan siang, dan malam hari. Tidur yang cukup, agar tidak dehidrasi. Sebab rindu butuh tenaga. Kurangilah curiga, sebab sibuk yang aku terima adalah bagian dari segala hal yang aku cinta.
 (Anonim)




23:19 WIB 
Selamat malam, Selat Sunda.



Untuk Perempuan Yang Tidak Pernah Kapok







Percuma.
Ya, itu kata yang pas sekali untuk dilontarkan pada perempuan tidak tahu diri sepertimu.

Apa yang telah kamu lakukan lagi? Kenapa kamu masih saja tidak pernah sadar, bahwa yang kamu lakukan hanya sia-sia? Sampai kapan kamu sadar dan melihat kenyataan yang sebenarnya terjadi, bahwa kamu hanya sampah yang tidak akan pernah dipungut kembali oleh tuanmu?

Maafkan atas segala perkataan sadis ini. Tapi, apakah kamu tidak pernah menyadari bahwa hal yang telah dilakukan ia lebih sadis dari apa yang aku ucapkan tadi? Di mana harga dirimu? Di mana ketegasanmu yang dulu?

Apa kamu ingat, di mana ia mencampakkanmu, membuangmu, meninggalkanmu di saat kamu membutuhkan sosok ia di sampingmu? Apa kamu ingat, kamu begitu setia menunggu ia pulang di depan pintu, padahal kamu tau, kamu bukan lagi pintu rumah yang ia tuju? Apa kamu ingat, kamu selalu memberi kabar bahwa kamu baik-baik saja, tapi ia tidak pernah sama sekali mempedulikanmu? Dan apa kamu ingat, kamu selalu sabar menanti pertemuan dengannya, sedangkan ia acuh bahkan mungkin saja ia sudah muak tidak ingin bertemu denganmu lagi?

Coba kamu pikirkan semua itu. Apakah semua itu kurang membuat kamu terus terluka? Buka matamu, kamu bukan lagi orang pertama di hatinya. Kamu bukan lagi prioritasnya. Kamu hanya kamu, yang hidup di masa lalunya.

Entah harus bagaimana lagi membuatmu sadar. Entah harus melakukan apa agar kamu tidak lagi seperti ini? Apa yang harus aku lakukan untukmu?

Coba lihat dirimu, kamu kacau, berantakan, dan tidak ada arah. Sampai kapan kamu sadar dan ingin menata semuanya menjadi seperti awal kembali?

Semoga kamu benar-benar bangun atas semua perkataan hina ini. Sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah bisa hidup seperti ini. Kamu pasti dan berhak menemukan kembali bahagia itu.