Friday 14 February 2014

Maaf, Aku Belum Menjadi Kakak yang Baik

Ini bukan surat cinta layaknya seorang remaja menuliskan surat untuk kekasihnya, sahabat atau bahkan seseorang yang telah pergi. Tapi ini surat melebihi itu semua. Surat ini adalah ungkapan perasaan seseorang yang selama ini sudah jatuh bangun mendidik mereka yang amat disayangi dan dicintainya. Yaitu kedua adiknya. Ya, dia adalah kakak tertua dirumah. Setelah kakak pertama sudah menetap tinggal di luar kota, dia menjadi peran untuk kebaikan adik-adiknya. Dia memiliki 2 adik, yaitu perempuan yang sekarang duduk dibangku SMA kelas X dan laki-laki duduk dibangku SD kelas 6.

Bukan hal yang mudah diberi dan memberi amanah. Tapi, dia berusaha semampunya untuk bisa menjalankan perintah dari sang kakak untuk selalu mendidik adik-adiknya. Dia berusaha mendidik kedua adiknya Mengajari pelajaran yang sulit dimengerti, menasehati saat melakukan kesalahan sampai selalu mengingatkan untuk tepat beribadah solat 5 waktu. Tapi, semuanya tidak berjalan sesuai harapan. Semuanya tidak sesuai kenyataan. Disaat dia mengajak adiknya untuk belajar tapi adiknya membantah lebih memilih menonton tv. Disaat dia mengingatkan untuk solat, sang adik lebih memilih tidur atau bermain. Dia tetap berusaha untuk tetap menuntun adiknya dalam hal kebaikan. Kadangkala, memang adiknya menuruti perintahnya. Tetapi semuanya tidak berjalan lancar.

Suatu ketika hatinya miris saat dia mengajak adiknya untuk belajar terjadi pertengkaran luar biasa diantara mereka. Pertengkaran yang seharusnya tidak harus terjadi malah terjadi. Dia pun pergi kebelakang mengambil air wudhu dan solat. Dia menangis............
Air mata jatuh membasahi pipinya saat dia mengangkat kedua tangannya. Dia menangis karena dia belum bisa menjadi kakak yang baik. Belum bisa menjadi seseorang yang patut dicontoh. Belum bisa menjadi apa yang diinginkan adik-adiknya. Dia menangis mengadu kepada Tuhan.

Dia berusaha menuntun adik-adiknya untuk menjadi seseorang yang teladan, sholeh dan sholeha. Untuk menjadi seseorang yang pintar dan berguna untuk sesamanya. Untuk menjadi seseorang yang sukses dunia dan akhirat tanpa melupakan sang pencipta. Dia juga belajar, mungkin selama ini mengapa kedua adiknya kadang tidak nurut. Mungkin karena kesalahan saat dia menyampaikan dengan nada yang cukup lantang. Atau mungkin ada kesalahan saat dia mengajak. Semuanya dia curahkan kepada Tuhan.

Sampai pada penutup doanya dia berkata . . .

"Ya Allah, jika memang aku masih kurang dalam mendidik adik-adikku, Aku mohon kepadaMu berilah aku sedikit kekuatan untuk tetap berusaha menjadi yang lebih baik lagi untuk kebaikan adik-adikku. Dan aku mohon ya Allah, tolong bukakan pintu kedua hati adikku untuk bisa menjadi seseorang yang teladan, sholeh serta sholeha. Lindungi mereka disaat aku tidak bisa memantaunya ya Allah. Jauhkan mereka dari pergaulan bebas. Ingatkan mereka saat mereka ingin melakukan kesalahan.
Ya Allah, hanya kepadaMu aku bercerita. Aku yakin, suatu saat nanti mereka bisa membuat kami semua bangga terhadap mereka . . . . "

Dia ingin mengucapkan semuanya, dia ingin mengatakan apa yang dia rasakan. Tapi sungguh sulit. saat sesak mulai ia rasa dan pandangan menjadi kabur, hanya kepada Tuhan dia mengadu  . . . .



Teruntuk Dona dan Aldo
Maaf, Yunda belum menjadi kakak yang baik  . . .








Saturday 1 February 2014

Akhir Pertemuan Kita


Hai . 
Apa kabar ? Aku harap kamu selalu dalam kabar baik seperti yang pernah kamu janjikan kepadaku. Aku harap kamu selalu dikelilingi teman-teman yang baik serta sanggup memahami senang dan sedih hatimu. Aku harap kamu selalu bahagia dengan dia, dia yang benar-benar kamu cintai. Aku ? Aku masih sama seperti dulu. Merindukanmu.

Hm, di tempat makan ini kita bertemu untuk berpisah. Aku mengingat betul bagaimana tepat setahun yang lalu kamu berada didepanku. Menatap mataku seakan semuanya baik-baik saja. Masih teringat jelas bagaimana dulu kita berusaha membagi waktu untuk sehari bertemu. Saat itu aku tampak gelisah, bibirku keram tak dapat mengucapkan satu kata apapun. Apa kamu tau apa yang aku pikirkan saat malam itu ? Aku memikirkan bagaimana aku berani untuk berbicara padamu. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku ingin kamu kembali seperti dulu. Dan 1 hal yang paling penting, aku berusaha memberanikan diri untuk mengembalikan hatimu yang dulu kamu titipkan padaku.

Tepat setahun yang lalu. Tempat makan ini menjadi saksi sejarah pertemuan dua insan manusia untuk menemui takdirnya, bahwa hidup berarti menerima, bahwa hidup berarti berusaha berkata jujur, bahwa hidup berarti melepaskan. Tepat setahun yang lalu
pertemuan terakhir denganmu tak ada lagi cerita bersambung setelah aku mengembalikan hatimu. Dan kini, ketika teman bertanya masihkah kamu mengenangnya ?
Tentu saja masih

Kisah kita telah lama mati. Ya, telah lama mati untukmu, bukan untukku. Aku bahkan masih setia mencandunya. Mungkin akan tiba saatnya aku merasa lelah dan kamu masih diam seribu bahasa. Pergi ialah pilihan. Melupakan ialah jawaban. Aku tidak menyalahkan kamu. Merelakanmu menyerah sudah menjadi pilihanku saat itu.


.... Terima kasih telah menjaga hati selama 3 tahun ini
Kelak aku akan menemukan seseorang kembali. Akhir bahagia itu bukan milik kita . . .





Maaf, Aku Belum Menjadi Kakak yang Baik

Ini bukan surat cinta layaknya seorang remaja menuliskan surat untuk kekasihnya, sahabat atau bahkan seseorang yang telah pergi. Tapi ini surat melebihi itu semua. Surat ini adalah ungkapan perasaan seseorang yang selama ini sudah jatuh bangun mendidik mereka yang amat disayangi dan dicintainya. Yaitu kedua adiknya. Ya, dia adalah kakak tertua dirumah. Setelah kakak pertama sudah menetap tinggal di luar kota, dia menjadi peran untuk kebaikan adik-adiknya. Dia memiliki 2 adik, yaitu perempuan yang sekarang duduk dibangku SMA kelas X dan laki-laki duduk dibangku SD kelas 6.

Bukan hal yang mudah diberi dan memberi amanah. Tapi, dia berusaha semampunya untuk bisa menjalankan perintah dari sang kakak untuk selalu mendidik adik-adiknya. Dia berusaha mendidik kedua adiknya Mengajari pelajaran yang sulit dimengerti, menasehati saat melakukan kesalahan sampai selalu mengingatkan untuk tepat beribadah solat 5 waktu. Tapi, semuanya tidak berjalan sesuai harapan. Semuanya tidak sesuai kenyataan. Disaat dia mengajak adiknya untuk belajar tapi adiknya membantah lebih memilih menonton tv. Disaat dia mengingatkan untuk solat, sang adik lebih memilih tidur atau bermain. Dia tetap berusaha untuk tetap menuntun adiknya dalam hal kebaikan. Kadangkala, memang adiknya menuruti perintahnya. Tetapi semuanya tidak berjalan lancar.

Suatu ketika hatinya miris saat dia mengajak adiknya untuk belajar terjadi pertengkaran luar biasa diantara mereka. Pertengkaran yang seharusnya tidak harus terjadi malah terjadi. Dia pun pergi kebelakang mengambil air wudhu dan solat. Dia menangis............
Air mata jatuh membasahi pipinya saat dia mengangkat kedua tangannya. Dia menangis karena dia belum bisa menjadi kakak yang baik. Belum bisa menjadi seseorang yang patut dicontoh. Belum bisa menjadi apa yang diinginkan adik-adiknya. Dia menangis mengadu kepada Tuhan.

Dia berusaha menuntun adik-adiknya untuk menjadi seseorang yang teladan, sholeh dan sholeha. Untuk menjadi seseorang yang pintar dan berguna untuk sesamanya. Untuk menjadi seseorang yang sukses dunia dan akhirat tanpa melupakan sang pencipta. Dia juga belajar, mungkin selama ini mengapa kedua adiknya kadang tidak nurut. Mungkin karena kesalahan saat dia menyampaikan dengan nada yang cukup lantang. Atau mungkin ada kesalahan saat dia mengajak. Semuanya dia curahkan kepada Tuhan.

Sampai pada penutup doanya dia berkata . . .

"Ya Allah, jika memang aku masih kurang dalam mendidik adik-adikku, Aku mohon kepadaMu berilah aku sedikit kekuatan untuk tetap berusaha menjadi yang lebih baik lagi untuk kebaikan adik-adikku. Dan aku mohon ya Allah, tolong bukakan pintu kedua hati adikku untuk bisa menjadi seseorang yang teladan, sholeh serta sholeha. Lindungi mereka disaat aku tidak bisa memantaunya ya Allah. Jauhkan mereka dari pergaulan bebas. Ingatkan mereka saat mereka ingin melakukan kesalahan.
Ya Allah, hanya kepadaMu aku bercerita. Aku yakin, suatu saat nanti mereka bisa membuat kami semua bangga terhadap mereka . . . . "

Dia ingin mengucapkan semuanya, dia ingin mengatakan apa yang dia rasakan. Tapi sungguh sulit. saat sesak mulai ia rasa dan pandangan menjadi kabur, hanya kepada Tuhan dia mengadu  . . . .



Teruntuk Dona dan Aldo
Maaf, Yunda belum menjadi kakak yang baik  . . .








Akhir Pertemuan Kita


Hai . 
Apa kabar ? Aku harap kamu selalu dalam kabar baik seperti yang pernah kamu janjikan kepadaku. Aku harap kamu selalu dikelilingi teman-teman yang baik serta sanggup memahami senang dan sedih hatimu. Aku harap kamu selalu bahagia dengan dia, dia yang benar-benar kamu cintai. Aku ? Aku masih sama seperti dulu. Merindukanmu.

Hm, di tempat makan ini kita bertemu untuk berpisah. Aku mengingat betul bagaimana tepat setahun yang lalu kamu berada didepanku. Menatap mataku seakan semuanya baik-baik saja. Masih teringat jelas bagaimana dulu kita berusaha membagi waktu untuk sehari bertemu. Saat itu aku tampak gelisah, bibirku keram tak dapat mengucapkan satu kata apapun. Apa kamu tau apa yang aku pikirkan saat malam itu ? Aku memikirkan bagaimana aku berani untuk berbicara padamu. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku ingin kamu kembali seperti dulu. Dan 1 hal yang paling penting, aku berusaha memberanikan diri untuk mengembalikan hatimu yang dulu kamu titipkan padaku.

Tepat setahun yang lalu. Tempat makan ini menjadi saksi sejarah pertemuan dua insan manusia untuk menemui takdirnya, bahwa hidup berarti menerima, bahwa hidup berarti berusaha berkata jujur, bahwa hidup berarti melepaskan. Tepat setahun yang lalu
pertemuan terakhir denganmu tak ada lagi cerita bersambung setelah aku mengembalikan hatimu. Dan kini, ketika teman bertanya masihkah kamu mengenangnya ?
Tentu saja masih

Kisah kita telah lama mati. Ya, telah lama mati untukmu, bukan untukku. Aku bahkan masih setia mencandunya. Mungkin akan tiba saatnya aku merasa lelah dan kamu masih diam seribu bahasa. Pergi ialah pilihan. Melupakan ialah jawaban. Aku tidak menyalahkan kamu. Merelakanmu menyerah sudah menjadi pilihanku saat itu.


.... Terima kasih telah menjaga hati selama 3 tahun ini
Kelak aku akan menemukan seseorang kembali. Akhir bahagia itu bukan milik kita . . .