Thursday 8 May 2014

Aku Pergi Iya. Kan Sudah Ada Dia . .



Kisah kita sudah berakhir hampir 8 bulan. Tetapi semuanya masih terlihat sama sampai sekarang. Sapamu, senyummu, tatapanmu, tingkahmu bahkan sampai perhatianmu kepadaku. Aku tak tahu apa arti ini semua. Semuanya terlihat seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Semuanya terlihat seperti tidak pernah ada kata perpisahan. Jika kita bersama mengingat awal pertemuan kita, semuanya terlihat indah. Aku tidak pernah membayangkan kita berjalan sampai sejauh ini. Melawan perbedaan, melangkah menyusuri jalan, dan mewarnai kehidupan satu sama lain. 

 Seminggu setelah kepergianmu, aku membiasakan diri tanpa hadirmu disisiku. Aku tetap melakukan rutinitasku seperti biasanya. Dan kamu . .  tetap berlalu lalang dihadapanku. Aku mencoba untuk tidak peduli, untuk tidak melihat bahwa kamu ada dihadapanku. Tapi semuanya terasa berat, mataku enggan menolak. Hatiku tak bisa berbohong bahwa aku, ingin melihatmu.

Suatu ketika, kamu menghubungiku dan kita saling menyapa hingga akhirnya kita kembali dekat. Aku baru tau ternyata kedekatan kita hanya sebuah hubungan baik sebagai mantan kekasih. Aku mendapat kabar bahwa sebenarnya kamu sudah memiliki penggantiku. Apa kamu tau apa yang aku rasakan saat itu ? Semua terasa sesak seakan berakhir begitu saja. Semua terasa gelap seperti cahaya yang tidak pernah menyala.
Aku sadar, aku memang bukan siapa-siapa. Untuk melarangmu saja aku tidak memiliki hak. Tapi, apakah kamu pernah menghargai sedikit perasaanku ?

Sampai saat itu aku sadar bahwa aku memang tidak lagi menjadi orang nomor satu didalam hatimu.
 Ternyata aku salah menafsirkan semua perlakuanmu terhadapku. Semua terasa sakit dan akan lebih menyakitkan lagi jika aku terus menerus larut dalam kisah cinta ini. Jika aku tau akhirnya seperti ini, aku tak ingin kedekatan ini terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu saat menyapaku, aku tak ingin membalas semua pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Bisakah kau bayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka hanya karena ia tak tau bagaimana perasaan orang yang dicintainya ? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu bersamanya ?

Aku menulis ini ketika mataku tak kuat menahan tangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak kuat untuk berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir. Meskipun tak pernah benar-benar tinggal. 
Aku hanya persinggahan, tempatmu meletakkan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.

Semua berlalu dan semua cerita pasti punya akhir.
Akhir yang ku pilih adalah pergi dari kehidupanmu.
Aku harus belajar tak peduli. Aku harus belajar memaafkan juga merelakan. . .




Untuk teman saya, yang tidak saya sebutkan namanya . .
Kuatlah teman,
Sederas apapun hujan akan tiba saatnya pelangi itu datang :")





"Aku pergi ya, Kan sudah ada dia . . . "




Aku Pergi Iya. Kan Sudah Ada Dia . .



Kisah kita sudah berakhir hampir 8 bulan. Tetapi semuanya masih terlihat sama sampai sekarang. Sapamu, senyummu, tatapanmu, tingkahmu bahkan sampai perhatianmu kepadaku. Aku tak tahu apa arti ini semua. Semuanya terlihat seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Semuanya terlihat seperti tidak pernah ada kata perpisahan. Jika kita bersama mengingat awal pertemuan kita, semuanya terlihat indah. Aku tidak pernah membayangkan kita berjalan sampai sejauh ini. Melawan perbedaan, melangkah menyusuri jalan, dan mewarnai kehidupan satu sama lain. 

 Seminggu setelah kepergianmu, aku membiasakan diri tanpa hadirmu disisiku. Aku tetap melakukan rutinitasku seperti biasanya. Dan kamu . .  tetap berlalu lalang dihadapanku. Aku mencoba untuk tidak peduli, untuk tidak melihat bahwa kamu ada dihadapanku. Tapi semuanya terasa berat, mataku enggan menolak. Hatiku tak bisa berbohong bahwa aku, ingin melihatmu.

Suatu ketika, kamu menghubungiku dan kita saling menyapa hingga akhirnya kita kembali dekat. Aku baru tau ternyata kedekatan kita hanya sebuah hubungan baik sebagai mantan kekasih. Aku mendapat kabar bahwa sebenarnya kamu sudah memiliki penggantiku. Apa kamu tau apa yang aku rasakan saat itu ? Semua terasa sesak seakan berakhir begitu saja. Semua terasa gelap seperti cahaya yang tidak pernah menyala.
Aku sadar, aku memang bukan siapa-siapa. Untuk melarangmu saja aku tidak memiliki hak. Tapi, apakah kamu pernah menghargai sedikit perasaanku ?

Sampai saat itu aku sadar bahwa aku memang tidak lagi menjadi orang nomor satu didalam hatimu.
 Ternyata aku salah menafsirkan semua perlakuanmu terhadapku. Semua terasa sakit dan akan lebih menyakitkan lagi jika aku terus menerus larut dalam kisah cinta ini. Jika aku tau akhirnya seperti ini, aku tak ingin kedekatan ini terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu saat menyapaku, aku tak ingin membalas semua pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Bisakah kau bayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka hanya karena ia tak tau bagaimana perasaan orang yang dicintainya ? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu bersamanya ?

Aku menulis ini ketika mataku tak kuat menahan tangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak kuat untuk berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir. Meskipun tak pernah benar-benar tinggal. 
Aku hanya persinggahan, tempatmu meletakkan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.

Semua berlalu dan semua cerita pasti punya akhir.
Akhir yang ku pilih adalah pergi dari kehidupanmu.
Aku harus belajar tak peduli. Aku harus belajar memaafkan juga merelakan. . .




Untuk teman saya, yang tidak saya sebutkan namanya . .
Kuatlah teman,
Sederas apapun hujan akan tiba saatnya pelangi itu datang :")





"Aku pergi ya, Kan sudah ada dia . . . "