Tuesday 29 March 2016

#beraniberhijrah



Dan akupun mulai untuk melepaskan segala perasaan di dalam dada. Tidak lagi memaksakan, tapi lebih mencoba untuk memasrahkan. 

Sejak saat itu langit senja tak lagi sama. Kaupun tak lagi kembali dan akupun tak lagi mencari. Walaupun aku tahu, semua kabut sendu itu telah berganti menjadi rindu. Namun apa dayaku?

Semoga semua doaku akan menjelma menjadi bahagiamu. 





At some point, 
you've to realize that some people can stay in your heart, but not in your life




Thursday 17 March 2016

:')





Tetaplah di situ, aku tidak akan mengganggumu. 
Diam saja. Kita cukup saling memperhatikan 
dan pelan-pelan saling melupakan. 




"Jika tidak bisa bersama, 
mari saling melupakan . . ."


Sunday 13 March 2016

Jangan sakit lagi



Senin, 15 Februari 2016 akhirnya saya menyerah masuk ke rumah sakit untuk diopname. Rasa panas yang saya rasakan selama 2 hari, membuat saya tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Rasa demam ini pun naik turun seperti roaller coaster, dan malam itu saya akhirnya dirawat.

Saya didiagnosis terkena gejala tifus, tapi makin lama rasa panas saya makin memuncak. Saya setiap hari harus diambil darah berkali-kali. Bahkan sayapun sudah tidak merasakan lagi rasa sakit jarum yang masuk ke dalam lengan saya. Dulu, saya terakhir diopname saat kelas 3 SD, dan saya sekarang harus merasakan lagi rasa sakit 13 tahun yang lalu. 


Sebenarnya ini adalah minggu terakhir saya di Bandar Lampung, tanggal 18 Februari 2016, saya mesti balik ke Garut bersama teman-teman kuliah karena mesti menghadiri perwalian di tanggal 20. Tapi, karena keadaan saya yang masih sangat lemah, saya mesti ditinggal oleh teman-teman saya yang duluan berangkat ke Garut.

Selama dua hari saya mengalami masa kritis, panas tubuh saya mencapai 39°C. Saya merasakan tubuh saya menggigil kedinginan, tetapi di dalam tubuh, saya merasa sangat panas. Mata saya seperti ingin keluar bahkan saya sampai berfikir untuk menyerah apabila umur saya telah usai, saking saya tidak tahu lagi saya mesti bagaimana merespon rasa demam tinggi ini.

Hasil tes darah keluar, dokter mengatakan saya terkena DBD dan trombosit saya sangat melemah. Saya selalu dianjurkan perawat untuk mencatat berapa kali saya minum air putih dan juga berapa kali saya berkemih setiap harinya. 


Jujur, saya sangat bosan di Rumah Sakit. Saya hanya bisa melihat ruangan 4x6, terbaring di tempat tidur, bertemu perawat dan dokter setiap harinya, meminum obat, dan memakan makanan yang saya tidak suka, ya bubur. Tapi, mau ga mau, suka ga suka, saya harus melakukan itu semua. Ini memang resiko jika sakit. Saya benci sakit. Tapi, karena sakit inilah saya berfikir bahwa sehat itu memang mahal, sehat itu berharga.

Hari demi hari, kondisi saya mulai membaik, dan di hari kelima Jumat, 19 Februari 2016 dokter mengatakan trombosit saya sudah normal, dan saya diperbolehkan untuk pulang. Akhirnya saya bisa menghirup udara di luar, dan saya rindu ingin memakan makanan yang sungguh membuat saya ngiler sebelum akhirnya saya kembali ke Garut nantinya.

Saya ingin berterima kasih untuk perawat-perawat dan dokter yang sudah merawat saya. Selama lima hari saya benar-benar dirawat dengan baik oleh mereka. Terima kasih juga untuk perawat bernama Julius, yang menunggu saya meminum obat dan membantu mengambilkan air minum setiap minum obat ^^

Saya ga abis fikir gimana kalau ternyata saya harus merasakan jatuh sakit saat jauh dari orang tua. Mungkin rasa sakit yang saya alami akan berlipat ganda melebihi rasa demam tinggi yang saya rasakan. 




Kata dokter "Jaga pola makan, jangan jajan sembarangan, dan selalu hidup sehat" 



#beraniberhijrah



Dan akupun mulai untuk melepaskan segala perasaan di dalam dada. Tidak lagi memaksakan, tapi lebih mencoba untuk memasrahkan. 

Sejak saat itu langit senja tak lagi sama. Kaupun tak lagi kembali dan akupun tak lagi mencari. Walaupun aku tahu, semua kabut sendu itu telah berganti menjadi rindu. Namun apa dayaku?

Semoga semua doaku akan menjelma menjadi bahagiamu. 





At some point, 
you've to realize that some people can stay in your heart, but not in your life




:')





Tetaplah di situ, aku tidak akan mengganggumu. 
Diam saja. Kita cukup saling memperhatikan 
dan pelan-pelan saling melupakan. 




"Jika tidak bisa bersama, 
mari saling melupakan . . ."


Jangan sakit lagi



Senin, 15 Februari 2016 akhirnya saya menyerah masuk ke rumah sakit untuk diopname. Rasa panas yang saya rasakan selama 2 hari, membuat saya tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Rasa demam ini pun naik turun seperti roaller coaster, dan malam itu saya akhirnya dirawat.

Saya didiagnosis terkena gejala tifus, tapi makin lama rasa panas saya makin memuncak. Saya setiap hari harus diambil darah berkali-kali. Bahkan sayapun sudah tidak merasakan lagi rasa sakit jarum yang masuk ke dalam lengan saya. Dulu, saya terakhir diopname saat kelas 3 SD, dan saya sekarang harus merasakan lagi rasa sakit 13 tahun yang lalu. 


Sebenarnya ini adalah minggu terakhir saya di Bandar Lampung, tanggal 18 Februari 2016, saya mesti balik ke Garut bersama teman-teman kuliah karena mesti menghadiri perwalian di tanggal 20. Tapi, karena keadaan saya yang masih sangat lemah, saya mesti ditinggal oleh teman-teman saya yang duluan berangkat ke Garut.

Selama dua hari saya mengalami masa kritis, panas tubuh saya mencapai 39°C. Saya merasakan tubuh saya menggigil kedinginan, tetapi di dalam tubuh, saya merasa sangat panas. Mata saya seperti ingin keluar bahkan saya sampai berfikir untuk menyerah apabila umur saya telah usai, saking saya tidak tahu lagi saya mesti bagaimana merespon rasa demam tinggi ini.

Hasil tes darah keluar, dokter mengatakan saya terkena DBD dan trombosit saya sangat melemah. Saya selalu dianjurkan perawat untuk mencatat berapa kali saya minum air putih dan juga berapa kali saya berkemih setiap harinya. 


Jujur, saya sangat bosan di Rumah Sakit. Saya hanya bisa melihat ruangan 4x6, terbaring di tempat tidur, bertemu perawat dan dokter setiap harinya, meminum obat, dan memakan makanan yang saya tidak suka, ya bubur. Tapi, mau ga mau, suka ga suka, saya harus melakukan itu semua. Ini memang resiko jika sakit. Saya benci sakit. Tapi, karena sakit inilah saya berfikir bahwa sehat itu memang mahal, sehat itu berharga.

Hari demi hari, kondisi saya mulai membaik, dan di hari kelima Jumat, 19 Februari 2016 dokter mengatakan trombosit saya sudah normal, dan saya diperbolehkan untuk pulang. Akhirnya saya bisa menghirup udara di luar, dan saya rindu ingin memakan makanan yang sungguh membuat saya ngiler sebelum akhirnya saya kembali ke Garut nantinya.

Saya ingin berterima kasih untuk perawat-perawat dan dokter yang sudah merawat saya. Selama lima hari saya benar-benar dirawat dengan baik oleh mereka. Terima kasih juga untuk perawat bernama Julius, yang menunggu saya meminum obat dan membantu mengambilkan air minum setiap minum obat ^^

Saya ga abis fikir gimana kalau ternyata saya harus merasakan jatuh sakit saat jauh dari orang tua. Mungkin rasa sakit yang saya alami akan berlipat ganda melebihi rasa demam tinggi yang saya rasakan. 




Kata dokter "Jaga pola makan, jangan jajan sembarangan, dan selalu hidup sehat"