Tuesday 20 November 2012

Stand Up For Love

There are times I find it hard to sleep at night
We are living through such troubled times
And every child that reaches out for someone to hold
For one moment they become my own
And how can I pretend that I don't know what's going on
When every second with every minute another soul is gone

And I believe that in my life I will see
An end to hopelessness or giving up of suffering
If we all stand together this one time
Then no one will get left behind
Stand up for life
Stand up and hear me sing
Stand up for love



I'm inspired and hopeful each and every day
That's how I know that things are gonna change
So how can I pretend that I don't know what's going on
When every second with every minute another soul is gone

And I believe that in my life I will see
An end to hopelessness of giving up of suffering
If we all stand together this one time

Then no one will get left behind
Stand up for life
Stand up for love

And it all starts right here and it starts right now
One person stand up there and the rest will follow
For all the forgotten, for all the unloved
I'm gonna sing this song

And I believe that in my life I will see
An end to hopelessness of giving up of suffering
If we all stand together this one time
Then no one will get left behind

Stand up for life 
Stand up and sing 
 Stand up for love  

For love
For love

Sunday 18 November 2012

Mengubah Kepahitan Hidup Menjadi Lebih Damai

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu dia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar pak tua
"Pahit, pahit sekali", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga.
Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah."
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"
"Segar",
sahut si pemuda.
"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua
"Tidak", sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki, tergantung dari luas tidaknya hati/perasaan kita.

Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan, maka LAPANGKANLAH DADAMU menerima semuanya itu, LUASKANLAH HATIMU untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu;
Perasaanmu adalah tempat itu;
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jangan jadikan hatimu seperti gelas;
Buatlah hatimu laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu;
Sehingga kepahitan itu menjadi tidak terasa dan tidak mempengaruhi kesegaran dan kedamaian hatimu".

Anak muda, belajarlah menerima kenyataan;
Berlatihlah menerima kenyataan;
Berlatihlah untuk ikhlas serta mensyukuri setiap kenyataan.
Karena itulah yang terbaik bagimu.
Dan latihan itu akan semakin memperluas daya tampung hatimu.

Kalau kamu mau dan berusaha melatihnya terus-menerus, maka hatimu akan benar-benar seluas telaga.
Dan kamu tidak pernah merasakah kepahitan lagi, apa pun keadaan dan masalahmu, hatimu akan tetap segar, damai, dan bahagia".

Tuesday 13 November 2012

END

Sendiri,
Sendiri ku diam
Diam dan merenung
Merenungkan jalan yang ‘kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh
Menjauh darimu…..

Lirik lagu yang menyentuh namun menyayat hati, mengantarkanku ke kisah cinta kita yang memang telah berakhir, bersama malam yang berganti siang, dan bulan yang berganti mentari.
Sesungguhnya aku tak pernah menyangka akhir kisah kita yang telah terjalin bertahun-tahun harus berakhir begitu saja, tanpa aku mengerti mengapa, ada apa….????
Mauku, kita tetap bersama, mauku kaulah satu-satunya yang terakhir di dalam hidupku, mauku yah seperti itu, tetapi apa mau dikata, jika kita sekarang sudah tak bisa lagi saling memahami, sudah tak bisa lagi saling menjaga perasaan, sudah tak lagi seiring sekata, maumu telah berbeda dengan mauku, harapanmu telah berbeda dengan harapanku, dan kita kini hanyalah bagai orang asing yang seakan dulu tak pernah saling ada rasa.


 Kamu yang dulu adalah orang yang paling menyayangiku, orang yang paling melindungiku, justru kini menjadi orang yang sangat asing buatku, aku seolah tidak bisa mengenali kamu lagi, kamu yang kini berbeda dengan kamu yang dulu pernah mengisi hari-hari indahku dengan cinta. Tapi kini semua hanyalah tinggal kenangan manis yang telah menjadi bagian terindah hidupku, yang mungkin kelak akan terus teringat atau terlupakan dengan berjalannya waktu yang akan semakin membentangkan jarak diantara kita.
Jujur memang sangat tak mudah hidup tanpamu, karena aku telah terbiasa dengan hadirmu di sisiku, tetapi hidup ini harus terus berjalan, denganmu atau tanpamu lagi. Perlahan tetapi pasti aku akan terus berusaha tegar dan kuat untuk menerima kepergianmu dari hidupku, karena kini jalan kita telah berbeda untuk menggapai kebahagiaan dan cita-cita kita untuk masa depan.
Sakit memang sakit, karena ada bagian yang hilang dari hidupku, tapi jauh lebih sakit jika kita masih terus bersama dan masih saling menyakiti, mungkin dengan perpisahan ini kita sama-sama belajar untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih bertanggungjawab terhadap hidup ini.


Sekalipun kini kita tak lagi bersama, dan mungkin kita terlalu sulit untuk saling menyapa atau sekedar menanyakan kabar, yang dulu dengan mudahnya keluar dari bibir kita atau tertulis lewat pesan singkat kita. Dari dalam hatiku, aku sangat berterima kasih untuk semua hal yang pernah kamu lakukan untukku dan aku pernah sangat bahagia saat bersamamu.
Sekarang biarlah kita masing-masing merajut hari-hari kehidupan kita, tanpa ada lagi yang saling menyakiti atau terluka, karena kita mungkin jauh lebih bahagia jika kita tidak lagi bersama

 Bukit Alam Permai , matahari terpancar 

Stand Up For Love

There are times I find it hard to sleep at night
We are living through such troubled times
And every child that reaches out for someone to hold
For one moment they become my own
And how can I pretend that I don't know what's going on
When every second with every minute another soul is gone

And I believe that in my life I will see
An end to hopelessness or giving up of suffering
If we all stand together this one time
Then no one will get left behind
Stand up for life
Stand up and hear me sing
Stand up for love



I'm inspired and hopeful each and every day
That's how I know that things are gonna change
So how can I pretend that I don't know what's going on
When every second with every minute another soul is gone

And I believe that in my life I will see
An end to hopelessness of giving up of suffering
If we all stand together this one time

Then no one will get left behind
Stand up for life
Stand up for love

And it all starts right here and it starts right now
One person stand up there and the rest will follow
For all the forgotten, for all the unloved
I'm gonna sing this song

And I believe that in my life I will see
An end to hopelessness of giving up of suffering
If we all stand together this one time
Then no one will get left behind

Stand up for life 
Stand up and sing 
 Stand up for love  

For love
For love

Mengubah Kepahitan Hidup Menjadi Lebih Damai

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu dia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar pak tua
"Pahit, pahit sekali", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga.
Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah."
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"
"Segar",
sahut si pemuda.
"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua
"Tidak", sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki, tergantung dari luas tidaknya hati/perasaan kita.

Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan, maka LAPANGKANLAH DADAMU menerima semuanya itu, LUASKANLAH HATIMU untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu;
Perasaanmu adalah tempat itu;
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jangan jadikan hatimu seperti gelas;
Buatlah hatimu laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu;
Sehingga kepahitan itu menjadi tidak terasa dan tidak mempengaruhi kesegaran dan kedamaian hatimu".

Anak muda, belajarlah menerima kenyataan;
Berlatihlah menerima kenyataan;
Berlatihlah untuk ikhlas serta mensyukuri setiap kenyataan.
Karena itulah yang terbaik bagimu.
Dan latihan itu akan semakin memperluas daya tampung hatimu.

Kalau kamu mau dan berusaha melatihnya terus-menerus, maka hatimu akan benar-benar seluas telaga.
Dan kamu tidak pernah merasakah kepahitan lagi, apa pun keadaan dan masalahmu, hatimu akan tetap segar, damai, dan bahagia".

END

Sendiri,
Sendiri ku diam
Diam dan merenung
Merenungkan jalan yang ‘kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh
Menjauh darimu…..

Lirik lagu yang menyentuh namun menyayat hati, mengantarkanku ke kisah cinta kita yang memang telah berakhir, bersama malam yang berganti siang, dan bulan yang berganti mentari.
Sesungguhnya aku tak pernah menyangka akhir kisah kita yang telah terjalin bertahun-tahun harus berakhir begitu saja, tanpa aku mengerti mengapa, ada apa….????
Mauku, kita tetap bersama, mauku kaulah satu-satunya yang terakhir di dalam hidupku, mauku yah seperti itu, tetapi apa mau dikata, jika kita sekarang sudah tak bisa lagi saling memahami, sudah tak bisa lagi saling menjaga perasaan, sudah tak lagi seiring sekata, maumu telah berbeda dengan mauku, harapanmu telah berbeda dengan harapanku, dan kita kini hanyalah bagai orang asing yang seakan dulu tak pernah saling ada rasa.


 Kamu yang dulu adalah orang yang paling menyayangiku, orang yang paling melindungiku, justru kini menjadi orang yang sangat asing buatku, aku seolah tidak bisa mengenali kamu lagi, kamu yang kini berbeda dengan kamu yang dulu pernah mengisi hari-hari indahku dengan cinta. Tapi kini semua hanyalah tinggal kenangan manis yang telah menjadi bagian terindah hidupku, yang mungkin kelak akan terus teringat atau terlupakan dengan berjalannya waktu yang akan semakin membentangkan jarak diantara kita.
Jujur memang sangat tak mudah hidup tanpamu, karena aku telah terbiasa dengan hadirmu di sisiku, tetapi hidup ini harus terus berjalan, denganmu atau tanpamu lagi. Perlahan tetapi pasti aku akan terus berusaha tegar dan kuat untuk menerima kepergianmu dari hidupku, karena kini jalan kita telah berbeda untuk menggapai kebahagiaan dan cita-cita kita untuk masa depan.
Sakit memang sakit, karena ada bagian yang hilang dari hidupku, tapi jauh lebih sakit jika kita masih terus bersama dan masih saling menyakiti, mungkin dengan perpisahan ini kita sama-sama belajar untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih bertanggungjawab terhadap hidup ini.


Sekalipun kini kita tak lagi bersama, dan mungkin kita terlalu sulit untuk saling menyapa atau sekedar menanyakan kabar, yang dulu dengan mudahnya keluar dari bibir kita atau tertulis lewat pesan singkat kita. Dari dalam hatiku, aku sangat berterima kasih untuk semua hal yang pernah kamu lakukan untukku dan aku pernah sangat bahagia saat bersamamu.
Sekarang biarlah kita masing-masing merajut hari-hari kehidupan kita, tanpa ada lagi yang saling menyakiti atau terluka, karena kita mungkin jauh lebih bahagia jika kita tidak lagi bersama

 Bukit Alam Permai , matahari terpancar