Friday 11 September 2015

Akan Ada Saatnya



 Kehidupan mengajarkan sebuah arti kebersamaan. Menghabiskan waktu bersama keluarga, bersama saudara, bersama teman, dan juga bersama pasangan. Siapa yang tahu akan esok, siapa yang tahu akan waktu selanjutnya ? Tidak ada . . .
Hidup begitu keras mengenalkan sebuah pertemuan. Manusia diajarkan untuk saling membantu satu sama lain, untuk saling menghargai, dan terlebih juga untuk saling melengkapi. Namun, kehidupan juga begitu kejam. Setelah manusia sudah terbiasa dengan keadaan, sudah terbiasa dengan orang-orang yang telah berperan penting dalam hidupnya, sebuah perpisahan pasti akan ada. Entah untuk bertemu kembali atau bahkan tidak sama sekali.

Saya sudah mengalami bagaimana rasanya ditinggalkan. Seperti dunia tidak pernah adil, dunia tidak pernah ingin melihat saya bahagia bersama orang-orang yang saya sayangi. Dunia memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya ditinggalkan.
Perpisahan datang tanpa tahu apakah kita siap atau tidak. Perpisahan tidak ingin tahu apakah kita sedih atau senang. Ia hanya tahu, bahwa tugasnya memisahkan dua insan di dunia sudah terlaksana.

Kini, dunia kembali harus memisahkan saya dengan keluarga saya. Dalam waktu beberapa bulan lagi, saya harus pergi meninggalkan orang tua dan adik-adik saya. Saya berencana melanjutkan kuliah di luar kota, yang memang keberadaannya cukup jauh. Awalnya belum terfikir bahwa saya akan meninggalkan mereka. Saya hanya memikirkan, bahwa saya akan kuliah lagi dan belajar lagi di kota orang.

Kemudian di saat saya terbaring, saya memikirkan bahwa saya bukan hanya pergi untuk kuliah, tapi saya juga pergi meninggalkan orang-orang yang amat saya cintai. Saya memang sudah terbiasa dikelilingi oleh mereka, dan sekarang saya harus jauh dari mereka. Saya tidak pernah sanggup membayangkan itu semua. Melihat keadaannya yang begitu menyedihkan.

Tetapi, dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Mungkin memang sudah saatnya saya belajar untuk tidak bergantung pada orang tua lagi, saya harus mandiri pada diri saya sendiri, dan saya juga harus belajar bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu singkat bersama orang yang saya sayangi.

Ada saatnya dunia memang kejam, tetapi di balik itu semua dunia begitu sayang kepada saya. Ada saatnya kita harus berpisah dengan orang yang kita sayangi, untuk mengajarkan bagaimana cara menghargai sebuah pertemuan.

"Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan"

Ungkapan yang memang benar. Mau tidak mau, suka tidak suka, dan siap tidak siap perpisahan itu pasti akan terjadi. Dulu saya sangat membenci perpisahan. Tetapi, di balik itu semua banyak hikmah yang saya peroleh. Saya sering menguatkan kepada hati bahwa, perpisahan memang akan ada, karena memang sesungguhnya kehidupan di dunia tidak ada yang abadi. Saya percaya pada takdir Allah. Begitu indah rancangan kehidupan yang telah Allah atur. Mungkin, nanti saya memang akan harus meninggalkan semuanya. Tapi, saya juga yakin bahwa Allah akan menuntun kembali jiwa yang telah pergi. Memang berat, tapi saya percaya Allah tidak pernah memberi cobaan di atas kemampuan umat-Nya.

Terhitung dari hari ini, sisa-sisa keberadaan saya di sini, saya ingin meninggalkan kesan yang baik untuk orang-orang yang telah berperan dalam hidup saya. Saya berharap, sampai hari perpisahan itu tiba, saya tidak akan menjatuhkan air mata :))





"Jika pertemuan adalah awal dari perpisahan
Maka, perpisahan adalah awal dari sebuah pertemuan"





Akan Ada Saatnya



 Kehidupan mengajarkan sebuah arti kebersamaan. Menghabiskan waktu bersama keluarga, bersama saudara, bersama teman, dan juga bersama pasangan. Siapa yang tahu akan esok, siapa yang tahu akan waktu selanjutnya ? Tidak ada . . .
Hidup begitu keras mengenalkan sebuah pertemuan. Manusia diajarkan untuk saling membantu satu sama lain, untuk saling menghargai, dan terlebih juga untuk saling melengkapi. Namun, kehidupan juga begitu kejam. Setelah manusia sudah terbiasa dengan keadaan, sudah terbiasa dengan orang-orang yang telah berperan penting dalam hidupnya, sebuah perpisahan pasti akan ada. Entah untuk bertemu kembali atau bahkan tidak sama sekali.

Saya sudah mengalami bagaimana rasanya ditinggalkan. Seperti dunia tidak pernah adil, dunia tidak pernah ingin melihat saya bahagia bersama orang-orang yang saya sayangi. Dunia memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya ditinggalkan.
Perpisahan datang tanpa tahu apakah kita siap atau tidak. Perpisahan tidak ingin tahu apakah kita sedih atau senang. Ia hanya tahu, bahwa tugasnya memisahkan dua insan di dunia sudah terlaksana.

Kini, dunia kembali harus memisahkan saya dengan keluarga saya. Dalam waktu beberapa bulan lagi, saya harus pergi meninggalkan orang tua dan adik-adik saya. Saya berencana melanjutkan kuliah di luar kota, yang memang keberadaannya cukup jauh. Awalnya belum terfikir bahwa saya akan meninggalkan mereka. Saya hanya memikirkan, bahwa saya akan kuliah lagi dan belajar lagi di kota orang.

Kemudian di saat saya terbaring, saya memikirkan bahwa saya bukan hanya pergi untuk kuliah, tapi saya juga pergi meninggalkan orang-orang yang amat saya cintai. Saya memang sudah terbiasa dikelilingi oleh mereka, dan sekarang saya harus jauh dari mereka. Saya tidak pernah sanggup membayangkan itu semua. Melihat keadaannya yang begitu menyedihkan.

Tetapi, dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Mungkin memang sudah saatnya saya belajar untuk tidak bergantung pada orang tua lagi, saya harus mandiri pada diri saya sendiri, dan saya juga harus belajar bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu singkat bersama orang yang saya sayangi.

Ada saatnya dunia memang kejam, tetapi di balik itu semua dunia begitu sayang kepada saya. Ada saatnya kita harus berpisah dengan orang yang kita sayangi, untuk mengajarkan bagaimana cara menghargai sebuah pertemuan.

"Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan"

Ungkapan yang memang benar. Mau tidak mau, suka tidak suka, dan siap tidak siap perpisahan itu pasti akan terjadi. Dulu saya sangat membenci perpisahan. Tetapi, di balik itu semua banyak hikmah yang saya peroleh. Saya sering menguatkan kepada hati bahwa, perpisahan memang akan ada, karena memang sesungguhnya kehidupan di dunia tidak ada yang abadi. Saya percaya pada takdir Allah. Begitu indah rancangan kehidupan yang telah Allah atur. Mungkin, nanti saya memang akan harus meninggalkan semuanya. Tapi, saya juga yakin bahwa Allah akan menuntun kembali jiwa yang telah pergi. Memang berat, tapi saya percaya Allah tidak pernah memberi cobaan di atas kemampuan umat-Nya.

Terhitung dari hari ini, sisa-sisa keberadaan saya di sini, saya ingin meninggalkan kesan yang baik untuk orang-orang yang telah berperan dalam hidup saya. Saya berharap, sampai hari perpisahan itu tiba, saya tidak akan menjatuhkan air mata :))





"Jika pertemuan adalah awal dari perpisahan
Maka, perpisahan adalah awal dari sebuah pertemuan"