Saturday 1 February 2014

Akhir Pertemuan Kita


Hai . 
Apa kabar ? Aku harap kamu selalu dalam kabar baik seperti yang pernah kamu janjikan kepadaku. Aku harap kamu selalu dikelilingi teman-teman yang baik serta sanggup memahami senang dan sedih hatimu. Aku harap kamu selalu bahagia dengan dia, dia yang benar-benar kamu cintai. Aku ? Aku masih sama seperti dulu. Merindukanmu.

Hm, di tempat makan ini kita bertemu untuk berpisah. Aku mengingat betul bagaimana tepat setahun yang lalu kamu berada didepanku. Menatap mataku seakan semuanya baik-baik saja. Masih teringat jelas bagaimana dulu kita berusaha membagi waktu untuk sehari bertemu. Saat itu aku tampak gelisah, bibirku keram tak dapat mengucapkan satu kata apapun. Apa kamu tau apa yang aku pikirkan saat malam itu ? Aku memikirkan bagaimana aku berani untuk berbicara padamu. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku ingin kamu kembali seperti dulu. Dan 1 hal yang paling penting, aku berusaha memberanikan diri untuk mengembalikan hatimu yang dulu kamu titipkan padaku.

Tepat setahun yang lalu. Tempat makan ini menjadi saksi sejarah pertemuan dua insan manusia untuk menemui takdirnya, bahwa hidup berarti menerima, bahwa hidup berarti berusaha berkata jujur, bahwa hidup berarti melepaskan. Tepat setahun yang lalu
pertemuan terakhir denganmu tak ada lagi cerita bersambung setelah aku mengembalikan hatimu. Dan kini, ketika teman bertanya masihkah kamu mengenangnya ?
Tentu saja masih

Kisah kita telah lama mati. Ya, telah lama mati untukmu, bukan untukku. Aku bahkan masih setia mencandunya. Mungkin akan tiba saatnya aku merasa lelah dan kamu masih diam seribu bahasa. Pergi ialah pilihan. Melupakan ialah jawaban. Aku tidak menyalahkan kamu. Merelakanmu menyerah sudah menjadi pilihanku saat itu.


.... Terima kasih telah menjaga hati selama 3 tahun ini
Kelak aku akan menemukan seseorang kembali. Akhir bahagia itu bukan milik kita . . .





Akhir Pertemuan Kita


Hai . 
Apa kabar ? Aku harap kamu selalu dalam kabar baik seperti yang pernah kamu janjikan kepadaku. Aku harap kamu selalu dikelilingi teman-teman yang baik serta sanggup memahami senang dan sedih hatimu. Aku harap kamu selalu bahagia dengan dia, dia yang benar-benar kamu cintai. Aku ? Aku masih sama seperti dulu. Merindukanmu.

Hm, di tempat makan ini kita bertemu untuk berpisah. Aku mengingat betul bagaimana tepat setahun yang lalu kamu berada didepanku. Menatap mataku seakan semuanya baik-baik saja. Masih teringat jelas bagaimana dulu kita berusaha membagi waktu untuk sehari bertemu. Saat itu aku tampak gelisah, bibirku keram tak dapat mengucapkan satu kata apapun. Apa kamu tau apa yang aku pikirkan saat malam itu ? Aku memikirkan bagaimana aku berani untuk berbicara padamu. Bagaimana aku bisa mengatakan bahwa aku ingin kamu kembali seperti dulu. Dan 1 hal yang paling penting, aku berusaha memberanikan diri untuk mengembalikan hatimu yang dulu kamu titipkan padaku.

Tepat setahun yang lalu. Tempat makan ini menjadi saksi sejarah pertemuan dua insan manusia untuk menemui takdirnya, bahwa hidup berarti menerima, bahwa hidup berarti berusaha berkata jujur, bahwa hidup berarti melepaskan. Tepat setahun yang lalu
pertemuan terakhir denganmu tak ada lagi cerita bersambung setelah aku mengembalikan hatimu. Dan kini, ketika teman bertanya masihkah kamu mengenangnya ?
Tentu saja masih

Kisah kita telah lama mati. Ya, telah lama mati untukmu, bukan untukku. Aku bahkan masih setia mencandunya. Mungkin akan tiba saatnya aku merasa lelah dan kamu masih diam seribu bahasa. Pergi ialah pilihan. Melupakan ialah jawaban. Aku tidak menyalahkan kamu. Merelakanmu menyerah sudah menjadi pilihanku saat itu.


.... Terima kasih telah menjaga hati selama 3 tahun ini
Kelak aku akan menemukan seseorang kembali. Akhir bahagia itu bukan milik kita . . .