Tuesday 7 October 2014

Dua Tahun Setelah Kepergianmu

Selamat malam, kamu. Tak ada henti aku mengucapkan selamat malam kepadamu. Ini malam kedua kamu kembali menghirup angin Bogor. Apakah ada yang berbeda semenjak pertemuan kita sejak itu ? Aku harap semuanya baik-baik saja. Termasuk perasaanmu. Aku masih mengingat saat pertemuan kita kemarin. Rasanya seperti mimpi yang tak pernah nyata. Setelah sadar bahwa kini kamu memang sudah pergi meninggalkanku kembali di kota ini. Ada yang hilang, ada yang tak lengkap.

Aku ingin sedikit bercerita tentang perasaanku setelah membaca pesan singkat darimu siang kemarin. Saat mengetahui bahwa kamu harus meninggalkan Lampung, aku hanya bisa gigit jari. Sulit menafsirkan perasaanku siang itu. Ingin menghalangimu untuk jangan pergi, tapi aku sadar, apalah arti aku dihidupmu. Ingin membiarkanmu pergi, tapi hatiku tak bisa menipu, bahwa aku benar-benar sedih saat itu. Dihari yang sama, kakakku juga kembali ke kotanya. Saat malam aku mengantarnya ke stasiun, perasaanku hancur. 
Aku benar-benar merasa menjadi orang yang paling menyedihkan malam itu. Ditambah pula aku mengingat saat aku mengantarkanmu juga ditempat ini, 3 tahun yang lalu. 

Seiring menyusuri jalan, aku mengundang semua ingatan saat bersamamu. Saat aku berhenti di lampu merah Rumah Sakit, aku mengingat kita. Menoleh dan melihat kamu mendekatkan motormu tepat disebelah motorku. Mengulurkan tanganmu kepadaku dan berkata untuk meninggalkan motorku lalu pulang bersamamu. Malam itu aku senang, walaupun penyampaiannya cuek tapi didalam hatiku aku tersenyum. Sepanjang jalan kamu membuntutiku dari belakang. Sesekali aku melihatmu dari kaca spion dan tersenyum kecil. Saat sosokmu tak terlihat dari kaca itu, aku mencarimu. Dan tiba-tiba, kamu muncul kembali di kaca itu. Entahlah, malam itu aku senang tapi aku juga kesal padamu. 

Sampai tiba dipersimpangan jalan kita berpisah menuju rumah masing-masing. Aku benar-benar senang. Pertemuan setelah perpisahan 2 tahun yang lalu menjadikan cerita dan moment yang tidak akan aku lupa. 
Tapi, berbeda dengan malam kemarin. Saat aku menoleh dilampu merah itu, aku tidak lagi melihat sosokmu disampingku. Aku tidak lagi melihat uluran tanganmu untukku, dan aku juga tidak lagi mendengar suaramu. 
Sepanjang jalan aku melihat kebelakang dari kaca spion, tapi aku tak berhasil menemukanmu. Sesekali lagi aku mencarimu, aku memang tidak menemukan apa-apa. Ya malam ini berbeda. Ku kira omonganmu siang tadi hanya gurauan. Tapi ternyata, kamu memang benar-benar telah pergi meninggalkan kota ini. Aku tidak bisa menahan jatuhnya air mata. Padahal baru kemarin kamu membuatku tersenyum senang, kamu membuat jantungku naik turun tanpa henti saat pertemuan kita. Tapi sekarang, aku benar-benar tak berdaya.

Dulu, saat kamu kembali aku tidak pernah peduli. Bahkan kamu pergi lagi pun aku benar-benar tidak menggubrisnya. Itu semua karena aku telah terbiasa tanpamu. Terbiasa tanpa kabarmu. Tapi sekarang, saat aku tau kamu datang lalu pergi kembali, aku merasakan sedihnya saat pertama kali kamu meninggalkanku dan LDR. Mengapa aku harus merasakan hal itu kembali ? :(((((

Kalau saja aku tau begini, lebih baik kita tidak perlu bertemu kemarin. Dan aku tetap bersikukuh menolak ajakanmu. Tapi semua sudah terlambat, semua sudah terjadi. Aku berharap semoga kita tidak usah lagi bertemu. Karena semuanya hanya memperparah keadaan dan perasaanku. Dan semoga jika nanti kamu kembali lagi, aku bisa untuk tidak menggubrismu.

Mungkin, aku harus benar-benar belajar menjadi orang yang tidak peduli. Mungkin, aku harus benar-benar belajar menjadi perempuan yang tahu diri. Semoga aku bisa terbiasa lagi tanpamu disini. Semoga aku benar-benar lupa dengan semua yang sudah terjadi . . .

Oya, sebelum aku mengakhiri tulisan ini aku ingin mengingat, bahwa tepat hari ini sudah 2 tahun setelah kepergianmu. Tidak ada yang berubah, aku masih disini sendiri, berteman dengan masa lalu yang dulu kerap aku jadikan musuh terbesar dalam hidupku . . .




Kamu bilang pertemuan kita tidak akan menyisakan luka. 
Tapi ternyata kamu salah, aku terluka . . . 




Dua Tahun Setelah Kepergianmu

Selamat malam, kamu. Tak ada henti aku mengucapkan selamat malam kepadamu. Ini malam kedua kamu kembali menghirup angin Bogor. Apakah ada yang berbeda semenjak pertemuan kita sejak itu ? Aku harap semuanya baik-baik saja. Termasuk perasaanmu. Aku masih mengingat saat pertemuan kita kemarin. Rasanya seperti mimpi yang tak pernah nyata. Setelah sadar bahwa kini kamu memang sudah pergi meninggalkanku kembali di kota ini. Ada yang hilang, ada yang tak lengkap.

Aku ingin sedikit bercerita tentang perasaanku setelah membaca pesan singkat darimu siang kemarin. Saat mengetahui bahwa kamu harus meninggalkan Lampung, aku hanya bisa gigit jari. Sulit menafsirkan perasaanku siang itu. Ingin menghalangimu untuk jangan pergi, tapi aku sadar, apalah arti aku dihidupmu. Ingin membiarkanmu pergi, tapi hatiku tak bisa menipu, bahwa aku benar-benar sedih saat itu. Dihari yang sama, kakakku juga kembali ke kotanya. Saat malam aku mengantarnya ke stasiun, perasaanku hancur. 
Aku benar-benar merasa menjadi orang yang paling menyedihkan malam itu. Ditambah pula aku mengingat saat aku mengantarkanmu juga ditempat ini, 3 tahun yang lalu. 

Seiring menyusuri jalan, aku mengundang semua ingatan saat bersamamu. Saat aku berhenti di lampu merah Rumah Sakit, aku mengingat kita. Menoleh dan melihat kamu mendekatkan motormu tepat disebelah motorku. Mengulurkan tanganmu kepadaku dan berkata untuk meninggalkan motorku lalu pulang bersamamu. Malam itu aku senang, walaupun penyampaiannya cuek tapi didalam hatiku aku tersenyum. Sepanjang jalan kamu membuntutiku dari belakang. Sesekali aku melihatmu dari kaca spion dan tersenyum kecil. Saat sosokmu tak terlihat dari kaca itu, aku mencarimu. Dan tiba-tiba, kamu muncul kembali di kaca itu. Entahlah, malam itu aku senang tapi aku juga kesal padamu. 

Sampai tiba dipersimpangan jalan kita berpisah menuju rumah masing-masing. Aku benar-benar senang. Pertemuan setelah perpisahan 2 tahun yang lalu menjadikan cerita dan moment yang tidak akan aku lupa. 
Tapi, berbeda dengan malam kemarin. Saat aku menoleh dilampu merah itu, aku tidak lagi melihat sosokmu disampingku. Aku tidak lagi melihat uluran tanganmu untukku, dan aku juga tidak lagi mendengar suaramu. 
Sepanjang jalan aku melihat kebelakang dari kaca spion, tapi aku tak berhasil menemukanmu. Sesekali lagi aku mencarimu, aku memang tidak menemukan apa-apa. Ya malam ini berbeda. Ku kira omonganmu siang tadi hanya gurauan. Tapi ternyata, kamu memang benar-benar telah pergi meninggalkan kota ini. Aku tidak bisa menahan jatuhnya air mata. Padahal baru kemarin kamu membuatku tersenyum senang, kamu membuat jantungku naik turun tanpa henti saat pertemuan kita. Tapi sekarang, aku benar-benar tak berdaya.

Dulu, saat kamu kembali aku tidak pernah peduli. Bahkan kamu pergi lagi pun aku benar-benar tidak menggubrisnya. Itu semua karena aku telah terbiasa tanpamu. Terbiasa tanpa kabarmu. Tapi sekarang, saat aku tau kamu datang lalu pergi kembali, aku merasakan sedihnya saat pertama kali kamu meninggalkanku dan LDR. Mengapa aku harus merasakan hal itu kembali ? :(((((

Kalau saja aku tau begini, lebih baik kita tidak perlu bertemu kemarin. Dan aku tetap bersikukuh menolak ajakanmu. Tapi semua sudah terlambat, semua sudah terjadi. Aku berharap semoga kita tidak usah lagi bertemu. Karena semuanya hanya memperparah keadaan dan perasaanku. Dan semoga jika nanti kamu kembali lagi, aku bisa untuk tidak menggubrismu.

Mungkin, aku harus benar-benar belajar menjadi orang yang tidak peduli. Mungkin, aku harus benar-benar belajar menjadi perempuan yang tahu diri. Semoga aku bisa terbiasa lagi tanpamu disini. Semoga aku benar-benar lupa dengan semua yang sudah terjadi . . .

Oya, sebelum aku mengakhiri tulisan ini aku ingin mengingat, bahwa tepat hari ini sudah 2 tahun setelah kepergianmu. Tidak ada yang berubah, aku masih disini sendiri, berteman dengan masa lalu yang dulu kerap aku jadikan musuh terbesar dalam hidupku . . .




Kamu bilang pertemuan kita tidak akan menyisakan luka. 
Tapi ternyata kamu salah, aku terluka . . .